top of page

Indikator Iman (Part 1)

  • peppermintindo
  • Feb 3, 2018
  • 5 min read

  • ​Arti iman menurut bahasa adalah Tasdiq (pembenaran). Beberapa ulama mengatakan bahwa iman berasal dari kata Aman (Bahasa Arab). Mengapa dari kata “aman”? Karena orang yang beriman berarti mengamankan dirinya dari azab Allah. Begitu pun dengan arti kata “pembenaran”, orang yang beriman berarti membenarkan Allah dan Rasulullah dalam Sunnah. Oleh karena itu, ada hubungannya antara makna bahasa dan hakikat keimanan.​


  • Iman secara istilah menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah pembenaran dengan hati, ikrar dengan lisan, pengamalan dengan angota tubuh. Makna ini mencakup seluruh amalan, hati dan perbuatan. Para ulama juga mengatakan iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan di hati dan lisan, perbuatan di hati dan lisan. Semuanya adalah bagian dari keimanan. Contoh ucapan di hati : pembenaran dan keyakinan. Contoh ucapan lisan : kalimat Syahadat. Contoh amalan di hati : niat, keikhlasan, kecintaan, rasa takut kepada Allah. Contoh amalan perbuatan : solat, membaca Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah.


  • ​Makna Bahasa lain dari kata iman adalah Al-Mukmin, yang artinya memberikan keamanan terhadap hamba Allah. Kata Al-Mukmin bisa digunakan untuk manusia yang beriman kepada Allah.​


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu berkata : suatu ketika kami (para sahabat) duduk di dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan di atas kedua paha Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia bertanya tentang Islam, Iman, dan Ihsan. Ketika ditanya tentang Islam, Nabi menjawab Rukun Islam. Lalu, ia berkata, "Engkau benar!" Kemudian, Ia bertanya lagi, "Hai Muhammad! Beritahukan padaku tentang iman!". Lalu, Nabi menjawab, "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk." Dan ternyata lelaki itu adalah Malaikat Jibril. (HR. Muslim)

  • Mengapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab pertanyaan iman dengan Rukun Iman? Karena itulah yang paling pokok dalam keimanan, tiang Islam.


BERIMAN KEPADA ALLAH TERDIRI DARI 4 PERKARA


Beriman kepada Wujud Allah


Hal ini mencakup 4 bentuk dalil :

1. Syariat : wahyu yang Allah turunkan kepada para rasul

Allah telah menurunkan kitab-kitab sebelum Al-Qur'an kepada para Nabi. Oleh karena itu, tidak asing lagi bahwa ada golongan Yahudi atau Nasrani yang terkadang memiliki keyakinan yang sama karena memang ada kitab-kitab sebelum Al-Qur'an yang diturunkan terlebih dahulu, hanya saja isinya diubah oleh manusia. Al-Qur'an lah yang menyempurnakan.


2. Fitrah : secara fitrahnya, manusia sudah diciptakan beriman kepada Allah


حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?" (HR. Bukhari)

Dari Hadist di atas bisa diambil pelajaran bahwa seharusnya kedua orang tua lah yang menyempurnakan keislaman seorang anak. Jika seseorang menjadi tidak beriman kepada Allah, makan setanlah yang membuatnya begitu.


3. Akal Sehat : orang yang memiliki akal sehat, sudah pasti beriman kepada Allah

Sebagai contoh, Allah Maha Mengatur segalanya, termasuk peredaran bulan dan matahari. Tentulah orang yang berakal berpikir "Apakah bisa manusia mengaturnya?". Contoh lainnya, orang berakal tidak mungkin mengimani ada 2 pencipta sekaligus, mengapa? Karena Maha Pencipta pastilah Maha Besar dan Maha kuat. Jika ada 2, maka setiap adanya penciptaan sesuatu, keduanya pasti bertentangan dan yang satu akan kalah, berarti bukanlah Sang Maha.


أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?" (QS. At-Tur : 35)

4. Panca Indera : membuktikan adanya Allah

Dengan melihat, menyaksikan terkabulnya doa-doa, contohnya ketika Perang Badar, betapa agungnya kekuasaan Allah mengabulkan kemenangan Islam. Dengan mendengar, kisah turunnya mukjizat para Nabi, turunnya ayat Al-Qur,an melalui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maknanya adalah menyaksikan keagungan Allah di dunia ini dengan panca indera manusia. Kelak, nikmat tertinggi barulah melihat Allah di akhirat kelak.


Keberadaan Allah di atas Arsy pun berdasar atas 5 dalil : Al-Qur'an, As-Sunnah, Ijma Ulama, fitrah manusia, dan akal sehat.


Beriman kepada Rububiyyah Allah


Yang dimaksud dengan iman kepada Rububiyyah Allah adalah beriman kepada Allah sebagai yang Maha Menguasai dan Mengatur. Dialah yang menciptakan rezeki dan segala kenikmatan bagi seluruh makhluk. Dia pula lah yang menetapkan setiap pergerakan makhluk dan semua yang ada di bumi dan langit.


Beriman kepada Uluhiyyah Allah


Yang dimaksud dengan iman kepada Uluhiyyah Allah adalah meyakini hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah, selain Allah adalah bathil atau tidak benar. Kalimat TAUHID sebagai satu-satunya syarat utama masuk Islam. Kalimat TAUHID sebagai dzikir yang paling afdhol. Kalimat TAUHID sebagai sati-satunya ucapan yang membuat seseorang selamat di akhir hayatnya. Prinsip TAUHID pun mengandung 2 rukun, yaitu mengingkari peribadatan selain Allah dan penetapan mengimani tanpa keraguan sedikit pun hanya Allah satu-satunya.


وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. An-Nahl : 36)

Beriman kepada Nama dan Sifat-sifat Allah


Hal ini mengandung makna "Menetapkan atau mengimani apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya di dalam kitab-Nya dan di dalam sunnah Rasulullah atau hadist-hadist, berupa nama-nama dan sifat-sifat Allah dalam bentuk yang pantas bagi Allah tanpa melakukan tahrif dan ta'thil." Artinya, mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa menambah dan mengurangi.


Maksud "dalam bentuk yang pantas" adalah sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah, TIDAK SAMA dengan manusia dan makhluk lainnya. Seperti yang digambarkan pada ayat-ayat mengenai "wajah Allah", tentunya tidak bisa disamakan dengan wajah manusia.


Kita sebagai hamba Allah harus menjauhi tahrif, ta'thil, tafwidh, takyiif, dan tamtsil.


1. Tahrif adalah penyelewengan lafaz dan makna.

2. Ta'thil adalah menolak tegas. Namun, ada juga yang menolak secara lebih halus seperti tahrif.

3. Tafwidh adalah bersikap masa bodo tidak mau tau maknanya, diserahkan saja kepada Allah.

4. Takyiif adalah menggambarkan bentuk dan sifat Allah sesuai pemahaman atau bayangannya sendiri.

5. Tamtsil adalah menyerupakan Allah dengan yang lain.


Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah WAJIB, mempertanyakannya adalah BID'AH.


  • Tanda-tanda menghilangkan iman adalah melalui perbuatan dosa kesyirikan dan kekufuran. Tanda-tanda keimanan berkurang adalah tidak melakukan ketaatan kepada Allah, melakukan dosa selain dosa kesyirikan dan kekufuran.


Beriman atau tidaknya seseorang terlihat dari sifat-sifatnya. (To be continued..... Part 2)




Comments


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
bottom of page