top of page

Islam Itu Indah

  • peppermintindo
  • Feb 10, 2018
  • 5 min read

Hal yang harus diatur ketika melakukan sesuatu adalah mindset kita sendiri. Mengapa? Karena mindset yg akan membantu kita dalam mencapai target apa pun. Begitu pula dalam mempelajari agama islam, tanamkan lah berbaik sangka kepada Allah, jangan pernah suudzon (berpikir buruk). Ketika kita membentuk mindset Islam itu indah, maka Islam akan memberikan keindahan pula kepada kita.


  • SEBERAPA KENAL KITA DENGAN ISLAM?


إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Ali Imran : 19)


Jika diibaratkan seperti pembangunan, maka Islam seperti rumah. Seberapa kenal kita dengan Islam itu tergantung seberapa dalam kita mempelajari ilmunya.


Di zaman sekarang, jika seseorang mempelajari ilmu fiqih masa lampau, tidak akan berkesinambungan dengan teknologi masa kini, seperti GOPAY dan transaksi ekonomi lainnya, karena pembahasan mengenai ilmu ekonomi saat ini ada pada ilmu fiqih kontemporer. Hal-hal tersebut, jika dipelajari dengan pikiran yang sempit diibaratkan berdiam diri di kamar, di dalam rumah, belum melihat ke luar.


Seperti yang dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "sesungguhnya Allah meletakkan batasan, jangan dilewati, kemudian Allah menghalalkan sesuatu, jangan dilebih-lebihkan". Salah satu di antara kebajikan adalah mengerjakan amalan shaleh sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjauhi perbuatan bid'ah atau yang tidak diajarkan.


بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ "(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah : 112)


  • AL-QUR'AN

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendalami Al-Qur'an adalah : Sudahkah pemahaman kita membaca Al-Qur'an sama dengan membaca koran? Apakah solat kita khusyu' karena bacaan imam atau kandungan ayat yang dibaca? Seberapa paham kita mengenai ayat-ayat Al-Qur'an? Seberapa kenal kita dengan Al-Qur'an?


Mengapa hal-hal tersebut penting? Karena tentunya kita bisa mengenal Islam dengan cara kita mengenal Al-Qur'an.

AL-QUR'AN DITURUNKAN MENGGUNAKAN BAHASA ARAB

Jika kita berpikir secara singkat, pasti akan mengarah pada kesimpulan "Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab hanya karena Nabi Muhammad orang Arab", berarti Al-Qur'an ini tidak masuk akal.


Secara linguistik, ketika kita menelaah bahasa Arab, terdapat 16.000 akar bahasa Arab, terdiri dari 2.500 setiap akar katanya, dan 1000 bahasa Arab adalah akar dari bahasa Latin. Oleh karena itu, bahasa Arab memang memiliki arti yang luas. Contohnya, terdapat perbedaan dalam batalnya wudhu ketika bersentuhan kulit dengan lawan jenis. Ada yang mengatakan batal, ada pula yang meyakini tidak batal, dan ada yang mempercayai batal hanya saat ada syahwat. Lalu, bagaimana jika kita sedang melakukan thawwaf yang tidak memungkinkan berwudhu berulang kali setiap tidak sengaja bersentuhan dengan lawan jenis? Di sinilah dapat dilihat hikmah luasnya bahasa Arab, arti kata "larangan" tersebut hanya "batal". Allah berikan 1 kata dengan makna yang banyak untuk memberikan kemudahan bagi kita.


  • PERBEDAAN / KHILAFIYAH DALAM ISLAM


Dalil terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Wurud (Periwayatan)

Qoth'l e.g Al-Qur'an

Dzhanni e.g Hadits

2. Dilalah (Fokus Penafsiran)

Qoth'l e.g Ayat Muhkam

Dzhanni e.g Ayat Mutasyabihaat


Islam itu mempermudah, tapi tetap ada batasannya. Bagaimana bisa terjadi perbedaan? Suatu dalil yang meriwayatkan penyampaian kepada kita tidak diragukan lagi yaitu ketika para perawi sudah banyak yang sepakat, tidak mungkin berdusta. Hal ini disebut dalil gath'i, adalah dalil yang sudah jelas maknanya pasti. Contohnya, dalil yang mewajibkan solat. Sebaliknya, ikhtilaf terjadi ketika makna dari suati dalil berbeda-beda.


BAGAIMANA KITA MEMANDANG DAN MENYIKAPI PERBEDAAN?

Islam mendahulukan maslahat. Sebaiknya, kita jangan mudah untuk menyalah-nyalahkan. Karena saat kita menyalahkan orang lain, kita pasti akan menganggap diri kita lebih benar. Sementara, itu adalah perkataan Iblis ketika diperintah untuk sujud kepada Nabi Adam. Iblis bersikap sombong, lalu dilaknat oleh Allah.


Jika niat kita adalah lillahi ta'ala, maka kita akan "membenarkan" orang tersebut dengan kasih sayang. Tertulis di dalam Al-Qur'an bahwa tidak ada orang sombong di surga. Seberapa besar pun sunnah kita, ketika kita sombong dan merasa paling benar, maka tidak akan masuk surga.


لَا جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ "Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong." (QS. An-Nahl : 23)

Dalam fiqih, ada hal atau masalah tertentu yang boleh kita berbeda pendapat, ada yang dilarang. Misalnya, hukum solat 5 waktu itu wajib. Siapa pun Ulama pasti harus sepakat hukumnya memang wajib, jika tidak maka kafir. Contoh lain, perbedaan gerakan Takbir dan Attahiyatul, semuanya benar apabila ada dalil. Dalilnya mengatakan bahwa Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam ketika duduk Tasyahud akhir memberi isyarat dengan jari telunjuk, namun tidak diberi tau secara jelas dan rinci. Hal seperti inilah yang mendasari munculnya perbedaan. Tugas kita adalah ambil yang paling shahih.


Cara kita memandang ikhtilaf adalah "jangan menentang dalil yang tidak perlu dipertentangkan lagi", seperti kewajiban solat dan zakat fitrah. Yang masih boleh dipertentangkan yaitu cabang dari amalan tersebut, furu. Contohnya, tata cara solat, cara solat safar, cara solat duduk, cara qasar solat, dan sebagainya.


Cara melihat suatu hukum dalam Islam adalah dengan mengambil hikmahnya. Misalnya, seorang wanita setelah ditalaq ada masa iddah, dilarang langsung menikah. Hikmahnya adalah adar tidak bercampur nashabnya dan agar tidak menjadikan menikah sebuah permainan. Hikmah lainnya adalah diberikan kesempatan berpikir untuk rujuk kembali.


Sikap kita dalam menghadapi ikhtilaf sebaiknya adalah menanamkan bahwa perbedaan itu hal ringan. Kita belum tentu lebih baik daripada orang lain. Jangan sampai mengamalkan sesuatu dan menganggap yang lain benar-benar salah. Kita harus mengambil contoh kisah Iblis dan takut akan sifat sombong dan takaburnya ada pada kita.

وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ ۚ وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ ۚ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

"Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. At-Talaq : 4)

ISLAM = INDAH

Ketika menyebut Islam di mana pun, pasti asalnya dari bahasa Arab, aslama uslimu islaaman. Artinya, berserah diri kepada Allah.


Syarat menjadi Muslim adalah rukun Islam. Jika seseorang melakukan 5 hal dalan rukun Islam, maka tidak ada alasan menyebut orang tersebut sebagai kafir atau akan masuk neraka selamanya.


Rahmat terbesar bagi umat Nabi Muhammad adalah nikmat Islam dengan syariahnya.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya : 107)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyempurnakan syariat-syariat sebelumnya. Dalam syariat Islam ini kita mengenal aturan yang luas sekali, namun jangan dipersempit dan terlalu dilebihkan. Ibarat Islam itu sebuah rumah berhalaman luas. Kita masih boleh main di dalam halaman, namun celaka jika keluar pagar. Pun, pemikiran kita harus diperluas tentang Islam, "permudahlah dan jangan mempersulit". Contohnya, jika pakaian terkena najis, hukum terdahulu mengatakan harus segara dipotong atau digunting. Kemudian, Islam datang dengan aturan bahwa tidak harus dipotong atau digunting, namun cukup dicuci saja. Contoh lainnya adalah saat Nabi Muhammad memerintahkan seseorang untuk mengulang solatnya hingga 3 kali. Bukan mengulang dan menghafal semuanya, melainkan hanya berwudhu, menghadap kiblat, Takbir, dan membaca yang ia ketahui saja walau hanya Bismillahirrahmanirrahim.


Jadi, Islam ini sudah sangat sempurna, diajarkan dengan at-tadarruj yang artinya belajar ilmu secara bertahap atau berangsur-angsur. Seperti larangan minum khamr, tidak langsung diharamkan, namun berproses sampai 3 tahap, baru diwajibkan menjauhinya.


Islam yang indah adalah yang seperti ini. Tidak diperkenankan sesukanya melarang hal yang tidak ada dalil jelasnya di Al-Qur'an dan Hadits. Islam itu mempermudah.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Jangan menulis apa pun dariku kecuali Al-Qur'an, siapa saja yang menulis sesuatu selain Al-Qur'an harus menghapusnya." (HR. Ahmad)

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
bottom of page